Catatan Pinggir:Bahtiar Parenrengi

BONETERKINI.COM-Ahad… Ahad…. Bilal berucap tegas. Walau badannya perih tak terkira. Bilal disiksa majikan tat kala memeluk Islam. 
Perjuangan yang tak terhitung. Perjuangan iman, agar kecintaan terhadap ajaran keIlahian tak bergeser. 
Dikutip dari buku Kisah azan Terakhir Sahabat Nabi Bilal bin Rabbah, karya Muham Sakura Dragon, Umayyah dengan kejamnya menyiksa Bilal dan berkata, “Kamu tidak akan kulepaskan dari siksaan ini hingga kamu mau mendustakan Muhammad dan kembali mengikuti agamamu yang dulu. Sembahlah Latta dan Uzza”, ucap Umayyah dengan lantang.
Bilal pun hanya dapat menjawab dengan lirih “Ahad! Ahad! Ahad!” dia bermaksud mengucap Allahu Ahad (Allah Maha Esa). Imannya tak bergeming, hingga Abu Bakar membebaskan Bilal dengan membelinya dari Umayyah. 
Perjuangan tak terkira. Bilal bertahan dengan keimanannya dan Abu Bakar bertindak sebagai sahabat dalam nuansa keimanan pula. 
               ***
Ahad…. Ahad…. Tak lagi kita dengar dari mulut Sahabat Rasulullah. Tapi terukir dalam literasi dunia, Bilal tukang Adzan yang memiliki keimanan kuat. 
Ahad: Allah itu satu, satu yang unik, unik sifat dan perbuatanNya. Maka lafadzh “Ahad” dilarang untuk diItsbatkan (ditetapkan) kepada seorang pun selain Allah Azza Wa Jalla. 
Bilal tidak mengatakan “Waahidun Wahid”, tetapi “Ahadun Ahad”.
Dan Ahad, diawal bulan Syawal ini, kita merayakan Lebaran Idhul Fitri. Kita berharap keimanan kita semakin bertambah. Sehingga Takwa yang diharapkan dalam menjalankan Ibadah Puasa dapat terwujud. 
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(Al Baqarah ayat 183)
              ***
Ahad nan Fitri. Ahad nan suci. Ahad ini, kita saling memaafkan walau tangan tak terjabat. 
Ahad nan Fitri, mungkin kita ndak bersua karena kita tidak lagi Shalat dilapangan. Mungkin kita memilih Shalat dirumah masing-masing. 
Kita terbatas bersilaturrahmi, karena kita masih saling jaga jarak dimasa pandemi Virus Covid 19.
Tapi yakinlah, hati kita saling bertaud. Persahabatan dan persaudaraan terpelihara karena rasa kasih. Mungkin saja butiran bening disudut mata kita menetes, karena kemenang menaklukkan rasa ego dan hawa nafsu.
Dan mungkin saja, doa-doa kita akan diijabah oleh Allah SWT. karena suara Takbir bergema disetiap rumah-rumah kaum muslimin. Mungkin saja Allah akan memenuhi permintaan kita, karena disetiap rumah muslim di penjuru dunia bersujud memohon ampun. 
Tuhanku
jika haq bagi-Mu
perkenankan aku
tinggal di dalam diri-Mu
agar sesudah lahirku
yang ini
dan yang nanti
takkan mati (99 Untuk Tuhan: Emha AN)
Ahad nan Fitri. Kita berharap untuk suci kembali. Dan berjanji untuk tetap memegang panji ‘Ahad’,  seperti Bilal bin Rabah.(*)
Baca Juga:  Penjabat Bupati Bone Kunjungi Titik Banjir, Sebaiknya Jangan Buang Sampah Sembarangan...