Haryudi Rahman (Pengamat Kebudayaan)
BONEKU.COM–Sayup-sayup terdengar suara suling di tengah lapangan merdeka, mendayu-dayu seolah mengobati rindu yang kian lama tak tertahan. Semua mata tertuju pada sumber suara, tiba-tiba seorang penari berlari ke tengah lapangan, memakai kostum putih-putih dan memegang sarung. Pada saat bersamaan, violin dan suling saling menyabung melodi. Penonton dari segala arah seperti mulai bertanya-tanya, ini ada apa? 
Hari ini adalah Perayaan Hari Tari Sedunia, para penari terlihat bergerak satu-persatu memasuki lapangan. Gerakan eksploratif terlihat berbeda pada setiap penari yang masuk. Para penari merespon musik dengan kekhasan ketubuhan masing-masing. 
Kemudian dimulailah gerakan seragam, para penari-penari muncul dari empat arah, lalu saling silang dan membentuk formasi. Ritme musik pun semakin padat cepat, rapi dan dinamis. Suara para pemusik tersentak-sentak di tengah ritme yang begitu padat, membuat penari semakin menghayati geraknya. 
Dengan mengenakan kostum putih-putih, properti sarung yang dikenakan semakin dominan. Sarung menjadi salah satu perhatian pada karya kolaborasi Pekerja Seni Bone di Hari Tari Sedunia ini. Dengan tema “Merajut Benang Silaturahmi antar Pekerja Seni Bone”. 
Dari podium Lapangan Merdeka saya memperhatikan, kepiawaian penari memainkan sarung tenun dengan gerakan-gerakan seragam. Saya melihat anak-anak muda yang begitu antusias menari pada HTD. Mungkin, ini adalah faktor genetik,  kenapa potensi penari banyak di Kabupaten Bone. Namun, perlu ada penelitian lebih lanjut terkait genetik untuk membuktikan asumsi tersebut. 
Secara historis Bone memiliki jejak tari-tarian yang mungkin masih bisa diakses sampai saat ini. Seperti Tari Bissu, Pajoge Angkong, Pajaga Welado, Sere Alusu dan lainnya. Wakru terus bergerak, hingga  bermunculan sanggar-sanggar tari sebagai ruang edukasi di hari-hari ini.  Barangkali hal ini jugalah yang melatarbelakangi kenapa bermunculan bakat-bakat koreografer di kabupaten Bone. 
Perayaan Hari Tari Sedunia ini, sepertinya semua terasa bergerak di bawah Patung Arung Palakka.  Ini adalah simbol bahwa tarian tersebut memerdekakan kemanusiaan, yang saling terhubung satu sama lainnya untuk menyatukan kearifan gerak lokal melalui kerja kolaboratif Pekerja Seni Bone.(*)
Baca Juga:  Ratusan Keluarga Besar PDAM padati Ajang Silaturahmi BUPATI & Wakil BUPATI BONE...