BONE.BONEKU.COM,– Di tengah terik matahari yang menyengat di Lapangan Merdeka Watampone, terdengar alunan nada yang indah. Lebih dari seratus remaja dari berbagai sekolah dan latar belakang agama berkumpul, bukan untuk berkompetisi, melainkan untuk menciptakan harmoni. Mereka adalah anggota orkestra santri Al-Ikhlas dan paduan suara lintas agama yang sedang berlatih intensif. Terlihat wajah-wajah penuh semangat dariĀ santri dari Pesantren Al Ikhlas Ujung, siswa dan siswi SMAN 1, SMKN 1, SMAN 3, SMA 13, dan SMPN 1 Watampone.
Kelompok ini adalah cerminan keragaman agama yang ada di Kabupaten Bone. Mereka bersatu dalam satu tujuan mulia, berpartisipasi secara kolaboratif sebagai pengisi acara pada pembukaan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional 2025 yang akan diselenggarakan di Wajo. Acara ini begitu istimewa karena untuk pertama kalinya MQK diadakan di Indonesia dengan skala internasional, diikuti oleh ribuan peserta dari 34 provinsi dan 10 negara, termasuk negara-negara di kawasan ASEAN.
Dr. Sn. Ichsan, S. Pd., M. Sn, pembina Pondok Pesantren Al-Ikhlas Ujung penggagas kelompok ini, menjelaskan bahwa kegiatan ini diinisiasi oleh pondok Pesantren tempatnya mengabdi, serta dukungan full dari Kementerian Agama. Bentuk lintas agama ini sengaja digagas untuk mengirimkan pesan tentang kerukunan antar umat beragama.
“Kami bangga bahwa inisiatif ini disambut baik dan didukung full oleh Bapak Menteri Agama RI, AG. Prof. Nasaruddin Umar, M.A yang memberikan kesempatan bagi adik-adik lintas agama ini untuk berpartisipasi dalam ajang sebesar MQK Internasional,” tuturnya.
Di sela-sela latihan, Wakil Bupati Bone Dr. H. Andi Akmal Pasluddin, S.P., M.M., beserta Kepala Dinas Pariwisata H. Barham, ST., MM menyempatkan diri untuk hadir. Kedatangannya disambut dengan senyum sumringah para peserta. Beliau memberikan dukungan dan semangat, berharap agar kolaborasi ini tidak berhenti di sini.
“Semoga adik-adik dapat terus berpartisipasi di berbagai acara yang lebih besar,” ujarnya, menambah motivasi bagi para remaja untuk terus berkarya.
Paduan suara dan orkestra ini tidak hanya sekadar pertunjukan musik, tetapi juga sebuah narasi tentang persatuan. Setiap nada yang mereka lantunkan adalah simbol toleransi, dan setiap irama yang mereka mainkan adalah bukti bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk menciptakan keindahan harmoni. Melalui kolaborasi seni ini, mereka menunjukkan kepada dunia bahwa Bone adalah tempat di mana harmoni dan kerukunan bersemi, menjadi contoh nyata bagi bangsa ini dan dunia. (*)
Tim Redaksi