BONE,BONEKU.COM.– Kisah memilukan kembali datang dari para pekerja lapangan. Sejumlah pekerja irigasi di sekitar Taman Makam Pahlawan, Kabupaten Bone terpaksa pulang ke kampung halamannya di Makassar dengan berjalan kaki setelah mengaku tidak menerima gaji dari bos mereka.
Dengan membawa tas seadanya dan pakaian penuh debu, para pekerja ini melangkah menyusuri jalan poros Bone-Makassar. Jarak yang harus mereka tempuh bukanlah main lebih dari seratus kilometer. Di bawah terik matahari dan lelah yang mengiris tubuh, mereka tetap berjalan karena tak memiliki uang sepeser pun untuk kembali ke rumah.
Kisah ini menyayat hati masyarakat setelah seorang anggota DPRD Bone, Andi Muhammad Salam atau Lilo AK, menemukan mereka di jalan dan mengunggahnya ke media sosial. Video tersebut memperlihatkan para pekerja berjalan dalam kondisi memprihatinkan, dengan langkah yang berat namun penuh keputusasaan.
Lilo Ak, yang dikonfirmasi media mengatakan dari penagkuan para pekerja ini mereka bekerja memasang saluran irigasi pipa di wilayah Bone. Namun sudah dua pekan terakhir, mereka tidak menerima upah sebagaimana dijanjikan. Sang bos yang semestinya membayar mereka justru kabur dengan dalih ingin pergi menarik uang, lalu menghilang tanpa kabar.
“Saya mau ke Makassar, lalu lihat mereka ini enam orang jalan kaki. Saya tanya, katanya dari Bone mau pulang ke Ratulangi Makassar karena sudah dua minggu tidak digaji sama bosnya,” ungkap Lilo. Senin 17/11/2025
Melihat kondisi tersebut, Lilo tak tega membiarkan para pekerja melanjutkan perjalanan panjang yang bisa membahayakan mereka. Ia pun memberikan tumpangan dan mengantar mereka hingga ke Makassar.
“Kasihan sekali. Saya kebetulan juga mau ke Makassar, jadi saya antarkan mereka pulang, Untuk proyek dan siapa bosnya saya belum tahu detailnya. Nanti kita tinjau lokasinya. Yang jelas tadi saya murni berniat menolong,” ujarnya.
Kisah ini memunculkan keprihatinan mendalam atas nasib pekerja lapangan yang kerap tidak diberikan perlindungan memadai. Mereka bekerja keras di bawah panas dan hujan, namun harus menelan kenyataan pahit ketika hak mereka justru tidak diberikan.
Peristiwa ini pun membuka kembali sorotan publik terhadap sistem pengawasan proyek dan perlindungan buruh harian, agar kejadian serupa tidak terus berulang. (*)


Tim Redaksi