BONE,BONEKU.COM,– Dipinggiran Kota Watampone tepatnya di Kelurahan Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat, hidup seorang Wanita Lansia bernama Itang. Usianya kini telah mencapai 68 tahun, namun semangatnya tetap menyala meski hidup dalam keterbatasan.

Itang saat ini tinggal bersama seorang anak perempuannya bernama Hastuti yang juga sudah menjanda sudah beberapa tahun lalu, Selain itu Itang juga saat ini menampung menantunya dan juga seorang anaknya, mereka tinggal di sebuah rumah sederhana yang jauh dari kata layak.

Rumah Itang hanya berdinding spanduk bekas dan papan yang sudah lapuk dimakan usia. Atapnya yang terbuat dari atap rumbia yang penuh dengan lubang sehingga air hujan dengan mudah masuk ke dalam rumah. Setiap kali hujan turun, Nenek Itang dan keluarganya harus berjaga-jaga karena bagian dalam rumah berubah seperti kolam kecil. Mereka terpaksa menyingkirkan kasur tipis mereka ke sudut yang lebih kering dan duduk beralaskan plastik hingga hujan reda. Malam-malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat, kerap berlalu tanpa tidur.

Baca Juga:  Hadiri Lomba Layang-Layang di Desa Cinennung, Andi Islamuddin Kenang Masa Anak-Anak

Meski hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, Nenek Itang tidak pernah mengeluh. Dengan sisa tenaganya, ia masih berusaha mencari nafkah dengan berjualan campuran di rumahnya walaupun barang dagangannya itu dapat dihitung jari jumlahnya.

Saat ditemui di kediamannya, Itang mengaku kadang hanya mendapat pembeli 3 orang setiap harinya itupun anak-anak yang membeli mie instan atau kerupuk yang harganya Rp.500 perak hingga Rp.3000 perak. Lingkungan rumahnya memang terlihat sangat sepi dia tinggal di sebuah gang sempit yang berjarak sekitar 50 meter dari jalan poros di sekitar rumahnya hanya ada 5 rumah lainnya.

“Kalau hujan, kami berkumpul di ruang tengah karena sebagian besar rumah sudah masuk air hujan, kadang kami tidak tidur semalaman, kami hanya tinggal duduk menunggu hujan reda,” Kata Itang saat ditemui, Rabu, 18/12/2024.

Baca Juga:  Sosialisasi Pemamfaatan Lahan Pekarangan Di Desa Selli Bengo...

Nenek Itang ini mengaku memiliki 4 orang anak dan semuanya sudah memiliki keluarga masing-masing dan tinggal terpisah pisah, yang tinggal dengannya hanya anak perempuannya yang sudah janda bernama Hastuti. Hastuti juga saat ini tidak memiliki pekerjaan yang menentu dia hanya berpindah pindah ke rumah keluarga lainnya.

Belakangan, nenek Itang ini juga menampung menantunya (Istri dari keponakannya), dia bernama Dian, dia diketahui juga berstatus janda beranak 1 yang masih berusia 3 tahun, dia ditingal pergi oleh suaminya yang merupakan dari nenek Itang.

Dia merupakan warga kota Makassar, katanya, dia juga terbuang oleh keluarga sehingga memilih tinggal bersama nenek Itang meskipun hanya beralaskan tikar dan dibawah atap yang bolong-bolong, Dian saat ini bekerja sebagai pemulung sampah, saat memulung dia mengikutkan anak semata wayangnya yang masih kecil.

Baca Juga:  Tebar Kebaikan, Komunitas Besti Beramal Kunjungi Nenek yang Membutuhkan Uluran Tangan

Menurut nenek Itang, Awalnya dia pernah mendapat bantuan dari pemerintah 1 kali beberapa tahun lalu, namun saat itu sempat terhenti karena ada kesalahan administrasi, waktu itu dia sempat berusaha mengurusnya kembali namun terkendala adanya covid, dan hingga saat ini dia mengaku tidak pernah terima bantuan lagi dari pemerintah.

“Untuk makan sehari-hari kada ada keluarga yang datang bawa beras, kadang juga ada orang lain yang bawa apa-apa kesini dan saya sangat bersukur atas bantuan mereka,”Ucapnya

Kisah Nenek Itang menjadi pengingat bagi banyak orang tentang pentingnya rasa syukur dan saling membantu. Semoga kisah ini para dermawan dan begitupun dengan pemerintah bisa melirik nenek Itang dengan menyisihkan sedikit rejekinya untuk membantu nenek Itang untuk bertahan hidup dan memiliki rumah yang layak tinggal sehingga bisa beristirahat di malam hari meskipun hujan turun. (*)