BONEKU.COM-Hari ini, mungkin saja kita sedih. Sedih karena kita tidak lagi bersua untuk melepas kerinduan diantara kita. Melepas kerinduan yang amat sangat diantara kita anak negeri to manurung.
Ungkapan Uddani Bali Uddani yg menjadi slogan dalam ber-HJB pada 6 April 2020 ini, tetaplah menjadi kerinduan yang mendalam.
Kita hanya saling sapa di media sosial, ataupun medium lainnya, karena kita dibatasi jarak untuk bertemu. Kita memang tak dapat mewujudkan kerinduan itu untuk dilepaskan. Kita tak bisa, karena kita dilanda musibah, yang tak hanya kita di bone. Tak hanya di Selsel atau pun Indonesia. Tetapi itu musibah warga dunia.
***
Minggu siang tak begitu terik. Agak mendung. Tapi tak membuat hati ikut mendung. Ada keceriaan yang tampak dari teman-teman jurnalis saat berada di Rujab Bupati Bone.
Semuanya tetap menampakkan senyum sumbringah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika kita merayakan Hari Jadi Bone.
Siang itu kian hangat saat Bupati Bone, Andi Fahsar M Padjalangi menyapa kami. Senyum khas bupati terpancar sambil bercengkrama. “waduh, lupaka pake masker”, canda Puang Baso sambil balik ke kamarnya untuk mengambil masker.
Siang itu memang terasa hangat. Bisa saling canda dan curhat disela-sela pengambilan gambar tentang himbauan penangan Covid-19 dan ucapan Hari Jadi Bone ke 690 Tahun.
Permohonan maaf Bupati Bone terucap amat dalam. Hari Jadi Bone tahun ini tak pernah dibayangkan akan seperti ini. Acara ceremoni yang biasanya diadakan setiap tahunnya tak dapat diwujudkan karena mewabahnya virus covid-19. Tentu yang lebih utama dikerjakan adalah penangan virus mematikan ini. Harus menjaga keselamatan warga, keselamatan para medis, para petugas satgas. Tentu yang tidak kalah penting juga adalah bagaimana warga tidak terpuruk perekonomiannya.
***
Cukuplah Corona menjadi teguran Tuhan terhadap warga bumi. Begitulah komentar kawan saya saat berada di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat.
Pesan itu singkat namun maknanya tak terjangkau. Ada ungkapan filosofis bahwa Kalau Tuham berkendak, tak ada yang mampu menghalanginya. Tuhan dengan segala Rahman Rahimnya menegur lewat virus akan segala keterbatasan dan kelemahan manusia.
Tuhan menegur kita untuk koreksi diri, sadar diri dan terus mawas diri dalam dimensi keIlahian. Disitulah proses Iqra berlangsung. Membaca atas nama Tuhan yang menciptakan. Karena pada proses awalnya, manusia tak mengetahui apa-apa dan siap untuk menerima pengetahuan setelah menyerahkan diri penghambaanya dengan khalik, Sang Pencipta.
Harapan untuk BERHJB hari ini, dengan nuansa adat yang kental pun sirna. Kita hanya bisa berencana namun Tuhan berkata lain. Begitulah kata bijak sahabat saya, Irwandi Burhan, Ketua DPRD Bone.
Ya… Kerinduan untuk berHJB juga dirasakan sahabat saya, Dandim 1407/Bone Letkol Inf Mustamin. Beliau mengirimkan vidio ucapnya yang syahdu. Memiliki kerinduan untuk bersilaturrahmi, saling melepas kangen.
Hari ini, Irwandi tentu tidak memimpin Sidang Paripurna dalam rangka Hari Jadi Bone 690 Tahun. Tentu kita tidak menyaksikan kehadiran Bupati Bone Dr.H.A.Fahsar M. Padjalangi, M.Si. didampingi Wakil Bupati Bone Drs. H. Ambo Dalle, M.M, dan ke 45 Anggota DPRD bone duduk dengan gagahnya memakai baju adat.
Tak lagi kita saksikan beragam songko recca dan parewa bessi terpasang dipinggang para lelaki terhormat dan para tamu dan saudara kita dari rantau.
Tak ada lagi parade yang mengarak benda pusaka peninggalan Raja Bone. Tak ada lagi baju bodo dan untaian pernak perniknya yang pasang indah pada wanita bugis.
Hari ini, senyap. Dan kesenyapan itu bisa membawa kita untuk berinteraksi dengan Tuhan semesta alam. Kita panjatkan dia ke khadirat Ilahi Robbi. Doa keselamatan kita semua, sehingga virus yang telah melakukan kudeta pada sendi-sendi kehidupan dan pemerintahan dapat berlalu dengan cepat. Sehingga pada akhirnya kita bersyukur sambil berucap Goodbye Corona.(*)
Tim Redaksi