BONE,BONEKU.COM,– Setiap tanggal 6 April Pemerintah Kabupaten Bone melaksanakan Rapat Paripurna dalam rangka perayaan Hari Jadi Bone atau lebih dikenal dengan singkatan HJB. Untuk tahun 2024 Bone telah memasuki usia ke-694 tahun.
Mungkin masyarakat masih banyak yang belum mengetahui sejarah terbentuknya Kabupaten Bone. Dikutip dari laman resmi Kabupaten Bone (Bone.go.id) bahwa berdasarkan peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bone Hari Jadi Bone ditetapkan pada 6 april pada masa pemerintahan raja bone I yaitu Manurungnge Ri’Matajang yang saat itu memerintah pada tahun 1930-1965.
Berdasarkan catatan sejarah, Bahwa Kerajaan Bone berdiri sejak tahun 1930 yang saat itu dipimpin oleh Raja pertama yakni Manurungnge Rimatajang. Pada Masa itu Manurungngnge Ri Matajang Memimpin Bone selama 35 tahun dari tahun 1930 hingga 1965.
Seiring berjalannya waktu, Saat itu kerajaan bone mengalami pasang surut sebagai akibat pergolakan internal dan eksternal, beberapa tahun berjalan kemudian diangkatlah Lapatau Matanna Tikka sebagai Raja ke-16 pada tanggal 6 April 1969. Tanggal 6 April itulah yang dijadikan penanggalan Hari Jadi Bone.
Pada tahun 1959 setelah melewati perundingan antara jakarta-Bone, kerajaan Bone kemudian bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang jatuh pada tanggal 4 Juli 1959 dan berganti nama menjadi Kabupaten Bone jadi tidak lagi menggunakan Kerajaan, bergabungnya Bone ke NKRI diperkuat dengan pembentukan Undang undang tentang pembentukan Daerah Tingkat II Sulawesi termasuk Bone.
Undang-undang ini disahkan dan diundangkan di Jakarta tanggal 04 Juli 1959 dalam Lembaran Negara Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822 yang mengatur tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi.
Berdasarkan catatan sejarah tersebut maka tahun 2024 ini adalah perayaan hari Jadi Bone yang ke-694 tahun.
Lalu Bagaimana makna Hari Jadi Bone bagi putra Bone yang berada di rantauan…???
Bagi para warga Bone yang berada di rantauan, Hari Jadi Bone memiliki makna yang sangat mendalam. Perayaan ini tidak hanya mengingatkan mereka tentang akar budaya dan sejarah mereka, tetapi juga memberikan rasa koneksi dan kebanggaan sebagai bagian dari komunitas Bone.
Meskipun jauh dari tanah kelahiran, Hari Jadi Bone menjadi momen penting bagi para perantau untuk merayakan dan memperingati warisan budaya dan sejarah mereka. Ini adalah waktu untuk mengenang dan merenung tentang perjalanan dan pencapaian masyarakat Bone sepanjang sejarah.
Salah satu Putra kelahiran Bone yang sudah 20 tahun lebih berada di negeri jiran Malaysia mengungkapkan bahwa Perayaan Hari Jadi Bone juga memberikan kesempatan bagi dirinya bersama warga Bone lainnya yang hidup di rantauan untuk merasakan ikatan dengan komunitas mereka. Meskipun mereka mungkin berada ribuan kilometer jauhnya, perayaan ini membantu mereka merasa lebih dekat dengan tanah air dan komunitas mereka.
Selain itu, Hari Jadi Bone juga menjadi momen untuk merayakan dan membagikan budaya Bone dengan komunitas di tempat mereka berada. Dengan memperkenalkan dan membagikan tradisi dan budaya Bone, mereka membantu mempromosikan dan melestarikan warisan budaya mereka.
“Bagi para perantau seperti kami Hari Jadi Bone juga menjadi pengingat tentang pentingnya mempertahankan dan memelihara ikatan dengan tanah air kami. Meskipun kami mungkin telah beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru, tetapi kami tetap mempertahankan rasa identitas dan kebanggaan sebagai warga Bone,” Ungkap Idar melalui sambungan telpon Kamis 18/4/2024.
Sementara menurut Aswar Rosa salah satu pemuda Bone yang juga saat ini sedang beradaptasi dengan lingkungan, budaya dan tempat baru di rantauannya memaknai Hari Jadi Bone bukan hanya sebagai moment perayaan melainkan juga sebagai pengingat bahwa sejauh manapun kita merantau namun Bone tempat kita lahirlah menjadi tempat yang paling baik untuk pulang.
“Hari jadi Bone tidak hanya menjadi momentum perayaan melainkan peringatan yang menjadi azimat bagi perantau, waktu titik balik yang menjadi spirit dan akar peradaban yang membangkitkan jiwa, secara naluri ‘Mappalisu Sumange’ mengembalikan jika dan mengingat identitas bahwasanya dimana manusia Bugis merantau, Bone adalah tempat untuk pulang “Lao Sappa Deceng Lisu Mappadeceng ” Ucap Aswar yang saat ini berada di Morowali
Lain halnya dengan Heriadi putra bone asal Desa Lamurukung Kecamatan Tellu Siattingnge yang saat ini merantau ke Manado sejak 8 tahun silam, Menurutnya meskipun jauh dari kampung halaman dan hanya seorang diri di rantauan dirinya tetap selalu menjaga budaya bugis bone salah satunya yaitu ‘Siri’ (Malu) seperti pesan orang tuanya sebelum berangkat kesana.
“Memaknai hari jadi bone di tanah rantau seperti saya, dapat merasakan kedekatan kembali dengan adat dan budaya tanah kelahiran walau terhalang dengan jarak dan waktu, tetapi adat dan budaya SIRI selalu menjadi karakter kami orang Bone dalam menjalankan kehidupan kami di negeri orang,” Ungkapnya
Di hari Jadi Bone ke-694 tahun ini dia berharap, menjadi momentum bagi para kaum milenial selalu menjaga dan memelihara adat dan budaya Bone tanpa lekang oleh waktu.
Hari Jadi Bone, bagi para perantau, adalah lebih dari sekadar perayaan. Ini adalah pengingat tentang akar dan identitas mereka, dan tentang pentingnya memelihara dan merayakan warisan budaya mereka, di mana pun mereka berada. (*)
Tim Redaksi