Catatan Pinggir: Bahtiar Parenrengi
Disebuah sudut mesjid, seorang sahabat ngonrol santai. Suaranya nyaris tak terdengar. Sebab suara pelan dan gaya tutur nan lembut. Seolah berbisik lembut, tentang ‘manusia rugi’. 
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Rugi. Rugi, kecuali manusia/ orang yang menggunakan waktu sebaik mungkin. wal-‘aṣr, Demi masa. innal-insāna lafī khusr, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
Dalam konteks kekinian, kita bisa berada dalam kerugian. Kita bisa merugi karena tak berada pada rel keIlahian. Kita terkadang tak mensyukuri nikmat yang diperoleh selama ini. Sehingga berkah yang diharapkan tak berbentuk rasa syukur. 
                ***
Disebuah sudut mesjid ditengah kota, bisikan sahabat selalu menggoda. Suasana hiruk pikuk perkotaan,  yang menandai kehidupan dunia terus berjalan. Kita yang berada pada zaman ini, tentu harus menjalaninya tanpa harus lari dari dunia nyata. 
Zaman kita bukan zaman yang dilalui oleh para sahabat Rasulullah, Nabi terakhir. Kita harus berbuat pada zaman godaan yang begitu banyak. Begitu dahsyat. Zaman yang tidak ada lagi Rasulullah Muhammad SAW untuk ditempati bertanya. 
Tapi yakinlah, kita tak merugi ketika ajaran keIlahian tetap dipegang teguh. Seperti kata Tuhan, 
wal-‘aṣr 1. Demi masa. innal-insāna lafī khusr 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
Orang tak merugi ketika tahu jalannya. Tahu menerjemahkan diri sebagai seorang hamba.  Illallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
                ***
Demi Waktu. Seolah Tuhan berjanji. Bersaksi. Manusia berada dalam kerugian ketika tak mengikuti petunjuk Tuhan-nya.
Demi Waktu. Berimanlah kalau engkau tak mau merugi. Beramal Saleh dan saling menasehati. Saling menasehati berarti ada interaksi sesama ciptaan menuju kebaikan. 
Saling menasehati, tak ada kelas sosial sebagai pemisah. Saling menasehati karena manusia adalah makhluk yang tak luput dari kekhilafan. 
Tak heran jika ada pepatah Arab menyatakan, “Al-waqtu ka as-saifi in lam taqtha’hu qatha’aka ” (Al-Mahfudzat). Waktu itu seperti pedang, jika engkau tidak menggunakannya dengan baik, ia akan memotongmu.
Waktu akan terus berjalan. Dinamika hidup terus berjalan. Waktu terus berjalan entah siapa yang bakal lalai. Waktu terus berjalan entah siapa yang terpotong. Entahlah. 
Jangan biarkan pedang memotong-mu. Jangan lalai, hingga mati diujung pedang. Tetap semangat. Karena
apapun yang terjadi, apapun yang kita lakukan, kekuasaan Tuhan tak kan berkurang. Tetap Esa.(*)
Baca Juga:  Bejat, Dua Lelaki Paruh Baya Tega Cabuli Anak Dibawah Umur...