BONEKU.COM–Hari ini, 6 April 2024 Bone telah memasuki usia 694 Th. Lika liku dan mungkin ada luka yang ditimbulkan saat digagas peringatannya.
Ada silang pendapat bahkan silat lidah mewarnai gagasan itu. Tapi itu menjadi suatu dinamika agar bisa menemukan “hari H”, kelahiran sebuah daerah yang dikenal daerah yang menjunjung tinggi adat istiadat.
Bersyukurlah, ada bupati yang menggagas itu. Ada bupati yang mau meletakkan tonggak sejarah, bahwa Bone harus memiliki hari lahir. Andai itu tidak, tentu disetiap tahunnya tak ada silaturrahmi diantara anak Bone. Tidak ada pembacaan sejarah Bone, yang memiliki hegemoni tinggi. Dan tak ada pesta adat dan pementasan ada yang mengundang perhatian warga, baik warga Bone maupun diluar Bone.
Kalaulah ada dinamika pikiran disetiap jelang HJB, itu pertanda baik. Karena kita warga Bone memiliki kebiasaan untuk bertukar pikiran. Masukan serta kritikan bagi pemangku jabatan adalah sesuatu yang lumrah.
Kalaulah ada kicauan terkait pelaksanaan HJB, semisal bergesernya Bissu dari pelaksanaan ritual dan seremonial adalah sesuatu yang harus menjadi bahan evaluasi. Itu adalah bagian demokrasi yang dijalankan agar kita bisa meraih sebuah tujuan.
Seperti dalam ungkapan Bugis, Melleki tapada melle; tapada mamminanga; tasiyallabuang.” Pepatah tersebut memiliki arti marilah kita menjalin hubungan baik, supaya apa yang dicita-citakan bisa menjadi kenyataan.
Untuk itulah, pelaksanaan HJB ke 694 tahun mengambil tema, “Mattuppu ri ade’e Mappasanre risara’e” yang memiliki makna sendikan pada adat dan sandarkan pada agama.
***
Dalam literasi, didapati jejak awal lahirnya Hari Jadi Bone (HJB). Andi Syamsu Alam, sosok Bupati Bone ke 12 yang peduli terhadap nilai histori dan budaya. Disaat pemerintahannya (1983-1988) digagas memperingati Hari Jadi Bone.
Di akhir pemerintahannya beliau menitip prakarsa tersebut kepada Bupati Bone berikutnya, Andi Syamsoel Alam (1988-1993). Kedua bupati ini memiliki nama yang hampir sama.
Melalui berbagai tahapan seminar, tentunya melibatkan para ahli sejarah serta tokoh adat budaya. Dua tahun kemudian terbitlah Perda Kabupaten Bone Nomor 1 Tahun 1990 Tanggal 22 Maret 1990 Seri C Nomor 1 Tentang Penetapan Hari Jadi Bone.
Berdasarkan catatan sejarah, bahwa kerajaan Bone berdiri sejak tahun 1330 Manurunge ri Matajang sebagai raja pertama. Beliau memimpin Bone selama 35 tahun. Tahun 1330 inilah yang menjadi awal perhitungan hari jadi Bone hingga hari ini.
Sebagai daerah yang menghormati adat, tak ada salahnya kita tetap ingat sejarah. Ingat dengan mantan Bupati Bone Andi Syamsu Alam dan Andi Syamsoel Alam. Semisal memberi penghargaan. Karena saya yakin keluarga kedua mantan Bupati Bone itu bisa kita undang untuk hadir diacara seremoni HJB setelah lebaran idul Fitri. Selamat Hari Jadi Bone ke 694 tahun. Majulah Boneku.(*)
Oleh : Bahtiar Parenrengi
Tim Redaksi