Catatan: Dray Vibrianto

WATAMPONE-Bangunan itu telah musnah… satu lagi sumber ilmu dan saksi sejarah telah hilang..meninggalkan rasa duka teramat sangat buat semua orang… 
Dengan segala kebesaran dan keagungannya… dengan segala kisah heroiknya… kini tinggal puing2 dan abu…
Kita semua bersedih.. bahkan alam pun bersedih…. tapi kita harus percaya semua yg telah terjadi adalah sebuah sunatullah yang tidak bisa kita hindari… dari setiap kejadian selalu ada hikmah yang bisa dipetik… kita pun harus yakin dari setiap kehancuran selalu tumbuh sesuatu yang lebih kuat dari sebelumnya… 
kita semua pasti ingat kisah terbakarnya kiblat umat muslim kabah pada 31 oktober 683..lalu apakah kita membiarkan syak wasangka kepada Allah SWT krn membiarkan kiblatnya terbakar?? Apakah dengan terbakarnya kabah islam musnah dari muka bumi?? Jawabannya adalah TIDAK!!!
Begitupula dengan musibah terbakarnya bola soba… kita semua sedih..kita semua berbela sungkawa… tapi kita harus yakin… bangunannya boleh terbakar musnah… tapi semangat perjuangan.. darah petarung yang diwariskan oleh leluhur kita tidak akan pernah musnah…  semangat “Temmate lempue, temmaruttung lappae, teppettu maompengnge, teppolo massalemoe” tidak akan pernah hilang dari sanubari manusia Bone..
Terakhir izinkan kami mengutip sebuah syair dari Ar Rumi ~yang bangkit dari abu penyatuan~
Wahai jiwa, engkau lah burung Phoenix, yang bangkit dari abu penyatuan. Mengapa tak terbang mengangkasa? di bumi engkau tak dikenal.
Kau cicipkan rasa-manis ke dalam hati; seraya kau remukkan ribuan hati dengan pesonamu.
Saat ini kau tinggal di dalam raga, tapi ada saat ketika kau lewati lelangit, kau tembus batas-batas semesta.
Apa sulitnya ruh menemuimu? bukankah engkau sayap dan bulunya.
Mengapa pandangan tak melihatmu? bukankah engkau sumber penglihatan.
Apa yang akan terjadi pada jiwa tembagamu, ketika sang Ahli Kimia tiba? bukankah akan diubah jiwamu menjadi emas.
Apa yang akan terjadi pada bibitmu yang kecil ketika tiba musim semi? bukankah dari sana kan tumbuh pohon menjulang.
Apa yang akan terjadi pada kayu bakar, ketika dimasukkan ke dalam api? bukankah nyalanya kan menjilat ke langit.
Jangkauan cahaya nalar bagai pendar redup bintang-bintang di kejauhan.
Sementara engkau bagai terang matahari yang menembus, lewati semua hijab.
Dunia ini seperti kabut dan es, sementara engkau bagai musim panas membakar.
Wahai Sang Raja, tiada serpih dunia ini yang tersisa, ketika engkau tiba.
Siapa yang dapat duduk di sisimu, semuanya musnah dengan satu lirikanmu.
Wahai mata yang terberkati, telah kulihat sesuatu yang tak terkhayalkan, tak terjangkau oleh keberuntungan apalagi hanya dengan upaya: pernah kutatap keindahan sempurna wajah Syamsuddin at-Tabriz.
(Jalaluddin Rumi, Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal no 3071)
#BolaSoba1890_2021
Dray Fibrianto
Baca Juga:  Hut Satpam Ke-37 Digelar Di Bone...